Bermain Tradisional di Kampung Lali Gadget Lindungi Masa Kecil

Senin, 17 November 2025 | 12:06:56 WIB
Bermain Tradisional di Kampung Lali Gadget Lindungi Masa Kecil

JAKARTA - Di era digital saat ini, anak-anak generasi alpha yang lahir antara 2010 hingga 2025 tumbuh di tengah kemajuan teknologi. 

Mereka sejak kecil sudah mahir menggunakan gawai (gadget), yang sebenarnya merupakan keterampilan penting di era modern. Namun, ketika keterampilan ini beralih menjadi kecanduan, dampaknya terhadap tumbuh kembang anak bisa sangat serius.

Kecanduan gawai membuat anak-anak sering mengabaikan lingkungan sekitar. Orang tua memanggil mereka pun kerap tidak digubris, bahkan ada yang membantah perintah. 

Anak-anak yang terlalu dini terpapar dunia digital cenderung “dewasa sebelum waktunya,” karena tontonan dari media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube tidak tersaring dengan baik.

Selain itu, perhatian anak-anak generasi alpha cenderung pendek karena terbiasa menerima informasi secara instan melalui reels atau shorts. Hal ini berdampak pada prestasi sekolah dan kemampuan menyelesaikan kegiatan yang memerlukan konsentrasi lebih lama. 

Langkah Awal Achmad Irfandi Menyelamatkan Masa Kecil Anak

Melihat fenomena ini, Achmad Irfandi, seorang pendidik dari Sidoarjo dan pemenang Apresiasi Satu Indonesia Awards 2021 kategori Pendidikan, merasa terpanggil untuk bertindak. Ia ingin anak-anak memiliki masa kecil yang berharga, bebas dari kecanduan gawai. 

Bersama rekan-rekan pemuda Desa Pagerngumbuk, Irfandi mulai membuat kegiatan yang bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari layar gadget.

Awal mula kegiatan ini adalah program literasi berupa mendongeng dan mewarnai. Kegiatan ini berhasil menarik 45 anak dari tiga sekolah dasar. Meskipun sukses kecil, Irfandi merasa perlu mengembangkan kegiatan yang lebih besar dan berdampak luas.

Dolanan Tonpo Gadget: Mengenalkan Permainan Tradisional

Anak-anak saat ini jarang mengenal permainan tradisional yang dulu menjadi sarana pengembangan sosial, motorik, dan sensorik. Mereka lebih asyik dengan gawai, yang kurang mendukung tumbuh kembang mereka. 

Menyadari hal ini, Irfandi mengadakan kegiatan kedua bernama “Dolanan Tonpo Gadget”, yang berarti bermain tanpa gadget.

Kegiatan ini menarik 70 anak, bahkan ada yang datang dari desa lain setelah melihat pengumuman di media sosial. Kesuksesan ini mendorong Irfandi untuk membuat kegiatan ketiga yang lebih besar, yang dinamakan “Kampung Lali Gadget (KLG)”, yang digelar rutin setiap dua bulan sekali.

 Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya menyelamatkan masa kecil anak-anak dari kecanduan gadget.

Kampung Lali Gadget: Menyelamatkan Masa Kecil Anak

Saat pertama kali digelar, Kampung Lali Gadget berhasil menarik 475 anak dari Sidoarjo hingga Surabaya. Anak-anak diajak bermain berbagai permainan tradisional mulai pukul 08:00 hingga 12:00 siang. 

Respons orang tua sangat positif. Berdasarkan laporan Tempo.co, anak-anak yang mengikuti kegiatan ini menjadi lebih kritis, memiliki rasa penasaran tinggi, dan senang bermain bersama teman-teman baru.

Keberhasilan ini mendorong Irfandi untuk mengembangkan KLG lebih jauh. Ia ingin kegiatan ini memiliki badan hukum resmi agar dapat menyelenggarakan lebih banyak program edukatif tentang permainan tradisional. 

Saat ini, KLG menawarkan beragam kegiatan, mulai dari edukasi budaya, pengenalan satwa, hingga mengenal kearifan lokal. Setiap minggu anak-anak diperkenalkan dengan permainan berbeda agar tidak cepat bosan.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Selain mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai, KLG juga memberdayakan masyarakat sekitar. Banyak warga dilibatkan sebagai pembuat mainan tradisional untuk dijadikan souvenir, membuka warung makanan, hingga menjadi relawan yang berperan sebagai fasilitator dan pendamping kegiatan. 

Dengan sistem partisipatif ini, Kampung Lali Gadget memberikan manfaat ganda: anak-anak belajar, masyarakat pun diberdayakan.

Prestasi dan Pengakuan Nasional

Kiprah Irfandi dalam mengenalkan permainan tradisional sekaligus mengurangi kecanduan gawai membawa pengakuan resmi. Ia dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Provinsi Jawa Timur pada 2019 dan 2020 di bidang Pendidikan. Apresiasi Satu Indonesia Awards pada 2021 menjadi pengakuan nasional atas keberhasilannya.

Melalui KLG, Irfandi berharap isu kecanduan gawai bisa ditanggapi secara luas, dan menjadi inspirasi bagi orang tua maupun guru untuk lebih kreatif dalam mengenalkan anak-anak pada permainan tradisional.

Dampak Positif Kampung Lali Gadget

Kampung Lali Gadget bukan sekadar tempat bermain. Anak-anak belajar bersosialisasi, mengasah keterampilan motorik dan sensorik, serta menemukan kesenangan di luar layar gadget. Orang tua pun menyadari perubahan positif pada anak-anak mereka: menjadi lebih kritis, penasaran, dan mampu bekerja sama.

Dengan inisiatif ini, masa kecil anak-anak bisa tetap penuh rasa ingin tahu dan kebahagiaan, meski hidup di era digital yang serba cepat. Kampung Lali Gadget membuktikan bahwa mengembalikan anak ke permainan tradisional tidaklah mustahil, selama ada kreativitas dan komitmen dari masyarakat lokal.

Kampung Lali Gadget adalah contoh nyata bahwa masa kecil anak dapat diselamatkan dari kecanduan gawai. Melalui kombinasi edukasi, permainan tradisional, dan pemberdayaan masyarakat, KLG memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus bermanfaat. 

Inisiatif Achmad Irfandi menunjukkan bahwa masa kecil yang sehat dan kreatif tetap bisa dicapai, bahkan di tengah derasnya arus digitalisasi.

Kegiatan seperti ini menjadi inspirasi bagi banyak orang tua, guru, dan komunitas untuk memikirkan cara kreatif dalam menjaga masa kecil anak tetap berkualitas. Anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang kritis, kreatif, dan tetap menghargai nilai-nilai tradisional.

Terkini